Update

LULL Band : Musik yang Tak Kan Pernah Mati

By Admin - No Comments

This is my quote:
Lull dibentuk oleh J.Vanco, Dom Raditya, dan Venendar Hambali pada tahun 2000 di Surabaya, walau lebih sering berkegiatan di Jakarta, para personilnya yang studi di Jakarta pada saat itu. Lagu sendiri yang mereka rekam saat itu sangat terinspirasi oleh Placebo dan The Smashing Pumpkins. Rekaman sepuluh lagu selesai di awal 2001 dan mereka merilis album pertama mereka Appetizer sebanyak 500 kaset dibawah label Krystal Records yang notabene adalah label bentukan mereka sendiri juga.

Dampak dari rilisnya Appetizer mempermudah mereka dalam mencari tawaran panggung yang saat itu memang cukup ramai, terutama respon dari scene grunge/90s rock/noise rock. Juga mempermudah pencarian identitas band.

Menyusul tahun 2002 – 2004, Lull merekam sendiri karya mereka di salah satu kontrakan di Depok dengan formasi baru (J. Vanco, Christian Nainggolan, Hana Hasanah, dan Venendar Hambali), sekitar 20 lagu berhasil mereka rampungkan dan video klip “Renew” yang di besut oleh Andri Ashari juga telah tayang di salah satu channel TV nasional. Meski pada akhirnya harus memutuskan untuk vakum karena keputusan J. Vanco untuk meneruskan studi tata suara nya. Dan, lagu-lagu yang rencananya akan dirilis dengan judul album Body & Soul pun hanya dibagikan ke relasi saja.


Tahun 2007, J. Vanco dan Christian Nainggolan merancang kembali musik untuk Lull. Mereka pun mengajak teman lama yang tertarik untuk ikut serta dalam proses bermusik ini, Aldi Kresna Pagaruyung untuk mencari bentuk baru musik Lull di dalam proses rekaman dan bermain di panggung-panggung Jakarta dan luar kota (Jakarta Rock Parade '08, PROST!, silent march, silent may, Urbanfest '09, dan lain-lain) di sela-sela kesibukan kerja mereka masing - masing.

Musik Lull bisa dijabarkan sebagai melting pot dari berbagai sub genre rock dan pop, mulai dari industrial, grunge, new wave, noise pop/rock, doom rock, stoner rock dan segala macam suasana film serta ideologi nihil yang dituangkan dalam bentuk musik. Tentu saja dapat terdengar dengan jelas atau pun sekilas, pengaruh dari band- band seperti NIN, Interpol, Doves, Depeche Mode, Kyuss, QOTSA, Sonic Youth, dan segala pustaka lagu yang hinggap di kepala mereka.
Perlahan mereka membangun kembali fanbase lama yang sempat beranggapan bahwa Lull telah tidak aktif sebagai band, sekaligus memperkenalkan Lull kepada pendengar baru yang mencari suguhan musik rock yang berbeda yang sarat dengan lirik yang berwacana.

Lull, yang sempat mendapat predikat sebagai band mitos di scene indie nasional, di tahun 2010 merilis album terbaru mereka yang berjudul "Death (i):Questions for the millions",bagian pertama dari dilogy album konseptual "Death", sebagai salah satu wacana hidup dan sebagai penghormatan atas kerja keras dalam menjalani hidup.
Mendengarkan album ini Anda akan terbawa pada nuansa alternatif rock 90 yang cerdas, dengan pemilihan notasi yang lincah namun masih mudah untuk dinikmati. Elemen-elemen yang berpadu seperti memberikan Anda sebuah terapi kejutan untuk sejenak bangun dari rutinitas yang menggigit.
Di satu bagian gitar solo lagu “The Floating Land” dengan cerdik terjadi komposisi gitar ritmis dan melodis yang sejenak membawa pendengar hilang dan sadar akan konsep nihilisme.

Di album ini keseluruhan lagu ditulis dalam bahasa Inggris. Vanco sang frontman menjelaskan mengenai hal ini, “Kita belum bisa mencari lirik Indonesia yang mempunyai arti yang sama dan sekaligus pas untuk dinyanyikan di dalam lagunya.”
Untuk proses produksi memakan waktu total 5 tahun, dimulai sejak Vanco berada di Seattle, dan mencuri-curi waktu di studio tempat dia bekerja saat itu, lalu diteruskan di Jakarta setelah bertemu kembali dengan Ucok (bassist) dan masuknya personil baru Aldi (vokal,gitar), Mixing dilakukan di Studio Vortex, dan Mastering di selesaikan di Harper Studio oleh Bambang Hari Permana.

Latar belakang konsep album ini adalah karena Death (kematian) merupakan satu titik absolut yang tidak dapat dilewati oleh apa dan siapapun di dunia ini, dan ini menyambung dengan konsep tribut kepada kehidupan dimana semua lagu yang kita tulis untuk album Death (i) dan Death (ii) *yang akan menyusul di akhir tahun 2010* adalah tentang konflik dan perayaan di dalam hidup yang menghantar kita dalam perjalanan menuju kematian.
Ironis memang. Lebih jauh Vanco menjelaskan, “Karena kita yakin bahwa keseimbangan dalam hidup adalah sesuatu yang ironis, terutama di sistem peradaban modern dimana untuk menyeimbangkan keadaan,kita harus merugikan begitu banyak pihak, dan kita yang menjalani hidup sebagai warga kelas menengah terhimpit di antara nya.

Sebagai frontman dan pendiri Vanco memang dominan, memang awalnya Lull ini adalah sebuah band konsep yang diciptakan oleh Vanco dimana dia bisa sesuka hati memilih teman-teman musisi untuk mengisi di panggung, tetapi di tengah produksi album, Vanco memutuskan untuk lebih membebaskan porsi instrumentasi dan lirik kepada personil yang lain (Aldi dan Ucok) dengan tetap menjaga konsep album.

"Lull ada di industri musik untuk memuaskan ambisi bermusik kami sekaligus berbagi tentang pandangan -pandangan hidup kami, populer bukan tujuan kami, tetapi menjadi salah satu unit rock terbaik adalah cita -cita kami.
Semoga album ini bisa dinikmati orang-orang yang ingin lepas sejenak dari rutinitas dan ingin menumpahkan rasa muaknya terhadap basa-basi yang harus dilalui dalam keseharian nya".

No Comment to " LULL Band : Musik yang Tak Kan Pernah Mati "